Suasana
yang sangat berkelas bagi Heanne yang tak seirama dengan teman-temannya, Heanne
si gadis cantik itu tak pernah menganggap paginya murahan, saat ia terbangun
dari kegelapan malam ia selalu bersyukur, Tuhan masih memberinya nafas untuk
hidup hari ini. Bel bergeming di telinga para siswa yang membuat suasana kelas
menjadi ramai,semua siswa hingar bingar saling tabrak menabrak seolah mereka
yang harus dulu sampai ke kantin,tapi tak serupa dengan Heanne, hanya ada Heanne
seorang diri dikelasnya, Heanne kembali membuka bukunya, ia tak punya cukup
uang untuk membeli sedikit makanan kecil. Heanne yang malang itu kini
bersekolah di Sekolah Junior paling favorit dikotanya,ia duduk di kelas 9 yang
sebentar lagi akan menghadapi Ujian Nasional, orang tua Heanne selalu berusaha
untuk mencukupi kebutuhannya selama bersekolah disitu, ayah Heanne hanya
seorang Tukang Pos dan ibunya hanya seorang Pedagang kue keliling, Heanne
bukanlah anak yang pintar tapi ia selalu berusaha agar ia bisa membawa orang
tuanya ke atas panggung saat pengumuman Ujian Nasional.
Heanne
beranjak dari kursinya dan mulai mendekati Emma,”Apa kau tak bisa sedikit saja
menghormatiku ? kalau kau membenciku hina saja aku, kau tak perlu hina
keluargaku dan kau seharusnya tak membicarakan ini di jejaring sosial !”
ceramah Heanne pada Emma dengan tatapan kesal,”kau tak menyadarinya ? kau
miskin Heanne! Kau harus tau itu!” ujar Emma kepada Heanne bak pecut yang
mengenai keras dada Heanne,Heanne tak mau menlanjutkan perkataannya, hanya satu
hal yang ada dibenak Heanne, ia mengetahui bahwa teman-temannya sangat
membencinya. Teman-teman Heanne memang selalu menganggap Heanne adalah debu
jalanan yang kotor,bahkan Heanne jarang sekali bergaul dengan teman
sekelasnya,Heanne lebih memilih bergaul dengan teman-temannya dikelas lain. Bel
pulang sekolah bergeming ditelinga para siswa,”siapa yang mau ikut aku
jalan-jalan ?” seru Emma pada seisi kelas,seolah tak ingin mendengarkan cacian
para teman-temannya Heanne segera beranjak keluar kelas dan pulang,karna ia tau
kalau Emma tak mungkin mengajaknya lagipula ia tak punya uang untuk
berhura-hura seperti itu,. Sesampainya Heanne di rumah, Heanne segera membantu
ibunya berjualan,”Kue kue ! kue kue !” seru Heanne sembari menawarkan
dagangannya kepada orang-orang sekitar,”Kue mb !!” suara itu melengking keras
ditelinga Heanne, Heanne segera menolehkan badannya dan ia tak meyangka suara
itu berasal dari mulut Emma,”mau kue em ?” tanya Heanne tak yakin,”apa kau
bilang ? aku tak mungkin memakan kue murahan itu! Bisa-bisa aku sakit perut kau
tau ?” sindir Emma dengan pedas yang lagi-lagi tak di hiraukan oleh Heanne,
Heanne terus berjalan menjajahkan dagangannya hingga pukul 8 malam,sesampainya
dirumah ia segera mengerjakan tugas-tugas sekolahnya,tetapi pikiran Heanne
terhenti sejenak saat melihat ada bercak merah dibuku tulis,Heanne segera
berlari menuju cermin, “oh Tuhan ! kenapa hidungku mengeluarkan cairan merah”
ucap Heanne dalam hati dengan sangat ketakutan, tapi Heanne mulai tak
memperdulikannya karna darah dari hidungnya selalu menetes setiap hari semenjak
kejadian itu.
Pagi
ini sama sekali tak murahan bagi Heanne dan kawan-kawannya,hari ini mereka akan
melaksanakan Ujian Nasional, Heanne berusaha sebisa mungkin setiap paginya
selama empat hari berturut-turut untuk mengerjakan soal itu dengan baik
sekaligus menahan rasa sakitnya dengan baik, Heanne harus membawa sapu tangan
setiap kali Ujian,ia tak mungkin membiarkan darahnya mengotori kertas ujiannya
bahkan terkadang ia seringkali tak sadarkan diri, kondisi Heanne semakin melemah
tiap harinya. 2bulan berlalu, hari ini Heanne akan mengetahui, apakah ia
benar-benar membalas jasa-jasa para gurunya dan bisa membawa orang tuanya ke
atas panggung atau tidak, Heanne yang terduduk manis dikursi dengan rasa
bimbang begitu juga teman-temannya,”Kini saatnya kita mengetahui 10 besar nilai
ujian terbaik ” seru Ibu Amalia kepada seisi gedung tersebut, nama-nama teman
Heanne pun mulai terdengar,tapi tak dengan dirinya bahkan 9 siswa terbaik sudah
disebutkan oleh Ibu Amalia,Heanne yang mulaikecewa dengan dirinya sendiri dan
tertunduk malu seolah gagal membanggakan kedua orang tuanya,”sekarang kita akan
mengetahui siapakah yang menjadi paralel 1 nilai terbaik di SMP kita ini, dia
adalah gadis manis yang biasa berjualan kue, siapakah dia ?” seru Ibu Amalia
yang membuyarkan lamunan Heanne,”kita sambut Heanne Amelia Rakhmah ! kepada
Heanne dan orang tuanya silahkan menempatkan diri di atas panggung” ucap Ibu
Amalia yang sama sekali tak mendapat respon dari Heanne, Heanne hanya terdiam
kaku tak percaya pada perkataan Ibu Amalia tadi,tapi orang tuanya yang
kegirangan menarik tangan Heanne untuk segera menempatkan diri, Heanne mulai
tersenyum melambaikan tangannya diatas panggung dengan sangat lemas,tapi seisi
ruangan menjadi hening saat melihat cairan merah mengotori baju Heanne yang
putih itu, hal ini bukanlah keinginan Heanne yang lagi-lagi tak sadarkan diri
dan segera dilarikan kerumah sakit. Heanne terkena leukimia stadium 3.
“Jika
mereka tak pernah ada untukmu, mengapa kita tak mencoba ada untuk mereka,
selama nafas ini tak sersendak,aku mampu untuk hidup dan aku masih sanggup
untuk mengatakan “Hallo” untuk mereka, sebenarnya merekalah yang membuat kita
bahagia, mereka adalah teman” tulisan tangan Heanne sebelum Tuhan membawanya
pulang dengan tenang membuat teman-temannya menitihkan air mata,teman-teman
Heanne menyesali perbuatannya selama ini,padahal Heanne selalu ada untuk
mereka.
Selesai~
Follow me on twitter : @ALYTSNHNF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar