Jeanne tidak mengerti kenapa mantan
sahabatnya itu bisa berkata seperti itu , sepertinya Jeanne ingin sekali mati
tapi apa daya ? kakaknya telah pergi dengan kesuksesannya tanpa mau mengakui
keluarganya , dan terlebih lagi Mei Ying adik Jeanne yang memiliki keterbatasan
fisik sejak lahir, Jeanne tak tahu harus kemana, Jeanne terus berlari, langkah
kaki Jeanne membawanya ke sebuah taman . Jeanne hanya terduduk manis sambil
menangisi kejadian tadi pagi . Ia merasa sangat malu, hidupnya seakan hancur
karna keluarganya, Jeanne ingin mati saja! Tapi Jeanne tak kan bisa
melakukannya !
~
Shenghou Zai Pinkun Zhong
Janne menyerahkan sebuah surat kepada Ayahnya, Ayahnya hanya
membuka pelan seolah tak
Mau tau isi surat itu karna pasti
ujung dari surat itu kembali lagi pada urusan uang,”Yah, apakah aku boleh
mendaftar di lembaga bimbingan belajar Smart lagi ? seperti waktu aku masih di
Sekolah Dasar ?” Jeanne menatap ayahnya seolah memohon, Ayah hanya menatap
Jeanne seakan tak menyetujui permintaan anaknya itu seraya memegang bahu
Jeanne, Ayahnya berkata “maafkan Ayah Jeanne, kamu mengetahui sendiri bahwa
biaya untuk mendaftar di lembaga itu tidaklah murah bahkan uang itu cukup untuk
biaya makan kita selama beberapa bulan, lagipula dulu waktu kamu menjadi siswa
disana kamu tak mendapatkan hasil yang sebanding dengan harga pendaftarannya”,
Jeanne langsung melirik ayahnya dengan sangat kecewa, Jeanne segera melepaskan
cengkraman tangan sang ayah dibahunya, Jeanne tersenyum untuk membalas
perkataan Ayahnya tadi dan segera masuk kamar . Jeanne hanya menatap langit
dari balik jendela kamarnya yang terbuka, ia sudah mengetahui jawaban itu
sebelum Jeanne memberi surat itu kepada ayahnya, hati Jeanne seakan mendapatkan
1 goresan kecil lagi.
Malam itu Jeanne dan Mei Ying duduk
berdekatan di depan rumah, “Kak Jeanne, dimana ibu dan kak Zhao ? kenapa mereka
tak pernah datang kesini ? apakah mereka tak merindukan kita ?” tanya Mei Ying
dengan polosnya dan langsung menampar tatapan Jeanne ke mata Xiao Mei . “eemm
eee eemmm , Mei Ying yang manis dengarkan kakak bicara yah, ibu dan kak Zhao
sudah tidak ada lagi, mereka sudah bahagia dengan orang lain, dan Mei ga perlu
sedih, kan masih ada ayah sama kak Jeanne yang selalu ada buat Mei Ying ” ujar
Jeanne menegaskan adiknya tanpa menutup-nutupi fakta yang ada, Jeanne tak
pernah mau tahu tentang bajingan-bajingan itu, “Sudah yah, Mei tidak perlu
tanya tentang masalah itu, itu membuat perut kakak menjadi mulas, ayo kita
tidur, sudah pukul 12 malam” ajak Jeanne yang mengajak adiknya untuk melupakan
para bajingan itu.
“Hhoooaaamm.. sudah pagi ternyata,”
Jeanne membuka jendela kamarnya yang sumpek itu, Jeanne melihat ayahnya
memandikan Mei Ying yang tak bisa berjalan itu, Ayahnya memberikan sejumlah lelucon kepada Mei agar
mau dimandikan dan hal itu membuat Jeanne menjadi cengeng, lagi-lagi Jeanne
menangis melihat kejadian itu bahkan dulu Mei Ying selalu dimandikan oleh BabySitter, “Jeanne! Sedang
apa kau disitu ?” tanya ayahnya yang ternyata sudah ada didepan pintu kamar
Jeanne sambil menggendong Xiao Mei yang tak lemah itu, “tiiii ttiii dak ada
yah” jawab Jeanne dengan gagap, “lagipula kenapa kamu menangis ?” tanya ayahnya
kembali, “menangis? Aa aa ku tidak menangis ayah, aku hanya bermimpi tentang
putri dongeng saja, jadi aku menangis hehe, sudahlah aku akan memasak dulu”
ujar Jeanne dengan bingungnya,”sejak kapan kamu bisa memasak? Bukankah saat
memasak airpun kamu selalu gagal melakukannya ? sudahlah , biar ayah yang
memasak” balas ayahnya sambil memakaikan Mei pakaian, “ee eemm baiklah” jawab
Jeanne dengan menahan malu, Jeanne memutar keran air itu dan satu hal yang
difikirkan oleh Jeanne, dia harus melanjutkan tangisannya dikamar mandi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar